Memaknai Tahun Baru Hijriyah oleh Dr. HM. Mujib Qulyubi, MH - Masjid Al Hidayah Lippo Village

Irfan Irawan

Pembukaan



Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qulyubi (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Allah SWT menjelaskan bahwa jumlah bulan ada 12 bulan,  dan matahari dan bulan dapat dijadikan bilangan tahun danperhitungan waktu.


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ 

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram  (QS. At-Taubah: 26).

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ 

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.


Ayat ini menjelaskan keistimewaan bulan Muharram atau bulan pertama dalam Tahun Baru Islam. 

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah itu ada dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa."


Hadits tentang Tahun Islam atau Tahun Hijriah

Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).


Surat Al-Mudatstsir ayat 1-7 

Ayat ini mengisahkan bahwa Tahun Baru Islam merupakan peringatan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. 

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ﴿١﴾قُمْ فَأَنْذِرْ﴿٢﴾وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ﴿٣﴾وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ﴿٤﴾وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ﴿٥﴾وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ﴿٦﴾وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ﴿٧﴾

Artinya: “Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Agungkanlah Tuhanmu. Sucikalah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala-berhala itu. Dan janganlah kamu memberi, sedang kamu menginginkan balasan yang lebih banyak. Serta bersabarlah untuk memenuhi perintah Tuhanmu”.


Sistem Penanggalan Tahun yang terbesar di dunia ada 2 (dua):

  1. Sistem Penanggalan Syamsiyah (matahari), atau Masehi  atau AD (Anno Domini).
  2. Sistem Penanggalan  Qomariyah (bulan), atau Hijrah/Hijriyah.

Islam mengambil penanggalan Qomariyah dalam penanggalannya dan menetapkan waktu-waktu ibadah tertentunya Seperti waktu ibadah puasa Ramadhan, ibadah haji, puasa-puasa sunnah.

Islam juga mengambil perhitungan waktu matahari untuk jadwal waktu shalat, dan waktu memulai dan menyelesaikan puasa (sahur dan berbuka).


Dalam kitab Shahih al-Bukhari, pada kitab Manâqib al-Anshâr (biografi orang-orang Anshar) pada Bab Sejarah Memulai Penanggalan, disebutkan:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مَا عَدُّوْا مِنْ مَبْعَثِ النَّبِيِّ ﷺ وَلَا مِنْ وَفَاتِهِ مَا عَدُّوْا إِلَّا مِنْ مَقْدَمِهِ الْمَدِينَةَ   

Artinya: Dari Sahl bin Sa’d ia berkata: mereka (para sahabat) tidak menghitung (menjadikan penanggalan) mulai dari masa terutusnya Nabi saw dan tidak pula dari waktu wafatnya beliau, mereka menghitungnya mulai dari masa sampainya Nabi di Madinah.    

Setelah para sahabat sepakat mengenai peristiwa hijrah dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, ada sebagian sahabat yang berpendapat bahwa untuk awal bulan Hijriah itu: Mulailah dengan bulan Ramadhan, tetapi Umar ra berpendapat: Mulailah dengan Muharram, itu karena Muharram merupakan masa selesainya umat Islam dari menunaikan hajinya. Lalu disepakatilah tahun baru hijriah itu dimulai dengan bulan Muharram.   

Oleh karena itulah, Al-Qur’an menjadikan hijrah itu sebagai sebuah pertolongan. Al-Qur’an mengingatkan kita dalam Al-Qur’an surat Al-Taubah ayat 40:

   إِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُوْلُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَاۖ فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلَٰىۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ  

Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya: “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa Mahabijaksana (QS Al-Taubah: 40).   


Doa Memasuki Tahun Baru Islam

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْر

Artinya: "Ya Tuhanku, Engkau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia Mu yang besar dan kemurahanMu yang mulia, Engkau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepadaMu dari bujukan iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolonganMu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmatMu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan".

Allah pun telah memuji orang-orang yang berhijrah, dan Nabi saw setelah hari kemenangan Fath Makkah bersabda:

لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا (مُتَّفّقٌ عَلَيْه). وَمَعْنَاهُ:لاَ هِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّهَا صَارَتْ دَارَ إِسْلاَمٍ   

Artinya: Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Makkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah (Muttafaq ‘alaih dari jalur ‘Aisyah ra). Maknanya: Tidak ada hijrah dari Makkah karena dia telah menjadi negeri Islam.  

Dan satu hal yang penting dalam hijrah adalah bahwa hijrah itu adalah bermakna luas, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang mulia bahwa:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (رواه البخاري)   

Artinya: Orang yang berhijrah itu adalah orang yang berhijrah, meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah (HR Al-Bukhârî).    

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ

“Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan, wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati.” (HR. Bukhari, no. 1422).

Amalan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas (rajin untuk dijaga). Lalu amalan ini ditinggalkan karena ada uzur, maka orang seperti ini dicatat mendapat pahala amalan tersebut secara sempurna. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (HR. Bukhari,no. 2996).

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

“Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, Allah akan memasukkannya dalam neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 2654 dan Ibnu Majah.

Kita memilih apa yang dipilih Allah SWT dan Rasul-Nya:
  • Ada beberapa sistem penanggalan di dunia. Namun yang dipilih Allah dan rasul-Nya adalah sistem penanggalan Qomariyah / hijriyah.
  • Ada beberapa bahasa yang Allah swt ciptakan, namun Allah swt memilih bahasa Arab sebagai bahasa resmi kitab-Nya.
  • Ada beberapa kota yang Allah saksikan keberadaannya, namun hanya kota Makkah dan Madinah yang menjadi tempat turunnya wahyu.
  • Ada beberapa wijhah (arah) bagi manusia, Allah memilih Masjdil Haram (Makkah) sebagai qiblat ibadah hamba-hambanya. 

Sikap Kita Terhadap Tahun Baru Masehi. 
  • Hendaknya menghadapinya dengan biasa-biasa saja, sebagaimana datangnya hari natal kepada kaum Nasrani. Kita hormati dan Toleransi tapi tak perlu memeriahkannya dengan acara apapun.
  • Sebagian ulama menganggap, bahwa “Happy New Year” adalah satu paket dengan “Happy Christmas”. Karena itu dalam hukum mengucapkannya pun sama.
  • Sebagian lagi menganggap bahwa di “Happy New Year” lebih besar bahayanya, karena menampakkan  3 simbol agama : lilin dan lonceng (natal), terompet (yahudi) dan kembang api/petasan (majusi)

Bagaimana Dengan Penanggalan Masehinya yang berdasar Matahari?
Allah dan rasul-Nya telah menetapkan waktu-waktu shalatnya dengan rinci dan tepat.

فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا 

Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An Nisa 103).

Waktu-waktu Shalat:
  • Subuh : mulai terbit fajar (matahari).
  • Zuhur:  matahari  di atas kita condong sedikit ke barat (awal).
  • Ashar : Bayangan matahari seukuran dengan tubuh kita/benda.
  • Maghrib: matahari terbenam.
  • Isya: Hilangnya lembayung matahri.

Semua waktu shalat sangat terkait dengan matahari.

Hikmah: Umat Islam harus pandai ilmu falak (astronomi).

Sikap yang tepat menghadapi tahun baru adalah Muhasabah (Introspeksi).

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18).

Dalam Instrospeksi harus dibalut dengan rasa taqwa (dua kata “wattaqullah”) di atas.

.   ولتنظر كل نفس، ولتتأمل في الأعمال التي عملتها في الدنيا. والتي ستحاسب عليها في يوم القيامة، فإن كانت خيرا ازدادت منها، وإن كانت غير ذلك أقلعت عنها. وعبر- سبحانه- عن يوم القيامة بالغد، للإشعار بقربه، وأنه آت لا ريب فيه، كما يأتى اليوم الذي يلي يومك. 

Artinya: "Setiap jiwa hendaklah melihat dan merenungkan amalan yang telah mereka lakukan di dunia. Amalan yang akan mereka pertanggungjawabkan di hari kiamat. Jika amalan itu baik, maka hendaklah mereka menambahnya. Jika tidak, maka hendaklah mereka meninggalkannya. Allah swt. menyebut hari kiamat dengan kata "besok" untuk memberi peringatan akan dekatnya hari kiamat, bahwa hari kiamat itu pasti datang tanpa keraguan, sebagaimana datangnya hari yang mengikuti harimu." 

Perbandingan waktu
Satu hari di akhirat sama dengan seribu hari di dunia. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan:

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

“Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47). Oleh karenanya, setengah hari di akhirat sama dengan 500 tahun di dunia.

Mari kita analisis berdasarkan Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran absolut.
  • 1 hari akhirat = 1000 tahun.
  • 24 jam akhirat = 1000 tahun.
  • 3 jam akhirat = 125 tahun.
  • 1,5 jam akhirat = 62,5 tahun.
Apabila umur manusia itu rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dilihat dari langit hanyalah 1,5 jam saja. 


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ 

Wahai orang-orang yang telah mengimani, bertaqwalah kepada Allah. 
Dan hendaknya setiap diri mencermati apa yang telah diperbuat untuk hari esoknya.
Al-Hasyr/59:18

Kalau hidup ini akan menjadi masa lalu, mengapa kita hanya sibuk dengan hal-hal yang mudah berlalu?

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu bagaikan seribu tahun menurut perhitunganmu. (22:47)




اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِـهَا 
Tuhan akan mewafatkan diri manusia di saat kematiannya.







من رآني في المنام فقد رآني فإن الشيطان لا يتمثل في صورتي (متفق عليه)

Siapa yang melihatku di dalam mimpi, sungguh telah melihatku (begitulah aku sesungguhnya).

Mimpi

الرؤيا الصادقة من الله (رواه البخاري) 

Mimpi yang benar memang bersumber dari Allah. 

رؤيا المؤمن جزء من ستة وأربعين جزءاً من النبوة (متفق عليه)

Mimpi orang beriman adalah salah satu bentuk dari 46 bentuk nubuwwah (pewahyuan).


Minta panjang umur?

اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ الْمَوْتِ

Ya Allah. 
bila saatnya tiba Engkau memanggil aku. 
berikanlah kepadaku kematian yang mudah dan indah.
jauhkan dariku kematian yang menyusahkan dan menghinakan.


Ruh Datang Saat Diziarahi

Ibnu Abdil Bar, berkata Rasulullah s.a.w:

ما من مسلم يَمُرُّ على قبر أخيه كان يَعرفه فى الدنيا فيُسلِّم عليه، 
إلا ردَّ الله عليه روحَه حتى يردَّ عليه السلامَ 

Tak seorang muslim pun mendatangi kubur saudaranya yang ia kenal saat di dunianya, lalu mengucapkan salam, kecuali Allah akan mengembalikan ruh saudaranya itu lalu menjawab salamnya.

Ruh Senang Saat Diziarahi

Abu Bakr Abdullah b. Muhammad b. Ubaid b. Abid Dunia (kitab ‘Kuburan’): berkata kepadaku Muhammad b. Aun, dari Yahya b. Yaman, dari Abdullah b. Sam’an, dari Zaid b. Aslam, dari Aisyah r.a., dari Rasulullah s.a.w.:

ما من رجل يزور قبر أخيه و يجلس عنده إلا استأْنَسَ به و رد عليه حتى يقوم

Tak seorang pun menziarahi kubur saudaranya, lalu duduk di sisinya, kecuali saudaranya itu merasakan kesenangan  luarbiasa, hingga ia bangkit meninggalkan kubur itu.


Rasul Hadir Saat Orang Bersalam Kepadanya

فعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: 
ما من أحد يسلم عليّ إلا ردّ الله عليَّ روحي حتى أردّ عليه السلام (أبو داود)

“Tak seorangpun berkirim salam untukku kecuali Allah akan mengembalikan ruhku sehingga aku pun akan membalas salamnya". HR Abu Dawud.

... وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً 
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ...

… tiada seorangpun dapat mengetahui apa yang akan diperolehnya besok.
… tiada seorangpun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (QS. Luqman /31:34).


Perbandingan waktu di dunia dan di akhirat bagi orang kafir.

Adapun firman Allah Ta’ala:

فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS. Al Ma’arij: 4). Ayat ini menunjukkan pengkhususan dari maksud umum yang sebelumnya disebutkan atau dipahami bahwa waktu tersebut begitu lama bagi orang-orang kafir. Itulah kesulitan yang dihadapi orang-orang kafir:

فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ (8) فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ (9) عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ (10)

“Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al Mudatsir: 8-10).

Manajemen

At-Takhitit (Perencanaan).
At-Tanfidz (Pelaksanaan).
At-Mutabaah (Pemantauan).
Al-Muhasabah (Introspeksi).
  • Apakah tahun ini akan sama dengan tahun lalu?
  • Apakah tahun ini akan buruk dari tahun lalu?
  • Apakah tahun ini ingin menjadi lebih baik dari tahun lalu?

Muhasabah

Umar bin Khattab ra berkata: (حاسبوا قبل ان تحاسبوا) Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab.
Sikap Muhasabah: sebaiknya dilakukan setiap malam terutama sebelum tidur, tentang prestasi amal apa yang telah kita lakukan seharian? Ini disebut dengan muhasabah yaumiyah (harian). Boleh juga secara usbuiyah (pekanan), syahriyah (bulanan), dan sanawiyah (tahunan).

Barometer Perbaikan:
  • Hari ini lebih baik dari kemarin, maka beruntung.
  • Hari ini sama dengan kemarin, maka merugi.
  • Hari ini lebih buruk dari kemarin, binasa.
Tiga Sikap Mawas
  • Mutabaah: Hanya mencatat  atau mengevaluasi amal yang dilakukannya di hari/bulan/tahun tersebut tanpa ada tindak lanjut.
  • Muhasabah: Menghitung dan menimbang amal yang dilakukannya dan ada perbaikan jika terjadi penurunan.
  • Muaqobah: Memberi sangsi kepada diri sendiri dengan amal shaleh lain atau sama untuk mengganti kekurangannya.

Doa Muhasbah

Doa Muhasabah (pengakuan dosa dan kekurangan diri) adalah doa yang tidak menyampaiakn keiginan-keinginan yang akan terjadi di masa yang akan datang, namun lebih difokuskan ada penyesalan atas apa yang pernah dibuatnya dengan harapan dihapuskan segala kesalahannya.

“Doa Muhasabah” tidak kalah pentingnya dengan doa harapan.

Beberapa  contoh doa muhasabah yang dikabulkan Allah swt dan selain diampuni kesalahan, juga mendatangkan harapan. Antara lain: 

Doa Nabi Adam as dan Siti Hawa: 
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ (الأعراف23)

Doa Nabi Yunus AS:
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنْ الظَّالِمِينَ (الأنبياء87

Doa Nabi Zakaria AS:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (مريم4

Doa Abu Nuwas
Seluruh lafal-lafal Istighfar

Peristiwa pada bulan Muharram, tersimpan rapi pada kitab klasik umat Islam, Kitab I’anah at-Thalibin, II/267, yang didalamnya merangkum beberapa peristiwa bersejarah, diantaranya adalah:   
  • Diterimanya taubat Nabi Adam as setelah diturunkan dari surga. 
  • Diangkatnya Nabi Idris as ke tempat yang tinggi. 
  • Diturunkannya Nabi Nuh as dari kapal, setelah baniir bandang. 
  • Diselamatkannya Nabi Ibrahim as dari bakaran apinya raja Namrud. 
  • Diturunkannya kitab Taurat pada Nabi Musa as. 
  • Dikeluarkannya Nabi Yusuf as dari penjara. 
  • Disembuhkannya kebutaan Nabi Ya’qub as dari wasilah pakaiannya Nabi Yusuf as.
  • Disembuhkannya Nabi Ayyub as dari sakit kulit yang berkepanjangan.
  • Dikeluarkannya Nabi Yunus as dari perut ikan Nun. 
  • Disibakkannya lautan bagi Bani Israil yang melarikan diri dari kejaran raja Fir’aun Mesir yang kejam. Diampuninya Nabi Dawud as dari kesalahannya. 
  • Diberinya Nabi Sulaiman as kekuasaan berupa kerajaan.
  • Diangkatnya Nabi Isa as ke langit setelah dikepung bangsa Romawi.
  • Diampuninya kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang dari Nabi Muhammad saw. 
Dari kisah-kisah di atas, mengajarkan bahwa bulan Muharram menjadikan bulan yang mulia dan istimewa. Saking mulianya bahkan Allah swt menjadikan Muharram sebagai salah satu  dari empat bulan haram dalam Islam.