Nagaji Bersama Gus Arifin: Bulan Muharram bulan suci banyak keutamaan dan amalan di dalamnya

Irfan Irawan
0
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Insya Allah penulis akan membagikan beberapa poin Kajian Rutin Ba'da Subuh di Masjid Al-Hidayah Lippo Karawaci, Ahad 16 September 2018. Pemateri Gus Arifin dengan tema Bulan Muharram bulan suci banyak keutamaan dan amalan di dalamnya.

 Source foto : duniamasjid.org

Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah. Muharram berasal dari kata yang artinya "diharamkan", "dipantang", yaitu dilarang melakukang peperangan atau pertumpahan darah. Orang Jawa menyebutnya dengan bulan Suro (mungkin berasal dari kata as-syuro). Sejak zaman Jahiliyyah selama bulan ini dilarang untuk melakukan peperangan, persengketaan dan lain-lain, kemudian Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi Jahiliyyah nya dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.

Orang Jahiliyyah pada zaman itu menyebut bulan ini dengan nama Shafar Awwal. ketika Islam datang, Allah SWT mengganti namanya menjadi Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Lathaif al-ma'rif halaman 77) 

Rasulullah SAW bersabda :
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan sholat yang paling utama setelah sholat fardu adalah sholat malam" [HR. Muslim, no.11630 dari Abu Hurairah RA]

Hadist tadi mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram karena disandarkan kepada lafdhul jalalah (lafadh Allah). Para ulama telah menerangkan ketika suatu mahluk disandarkan kepada lafdhul Jalalah menandakan tasyrif (pemuliaan) terhadap mahluk tersebut. Seperti Baitullah (rumah Allah) bagi masjid atau Ka'bah, dan Naqatullah (unta Allah) yang diberikan gelar kepada unta nabi Sholeh AS dan sebagainya.

Ke 12 bulan yang ada adalah ciptaan Allah SWT, tetapi bulan Muharram memiliki keistimewaan khusus karena hanya bulan inilah yang disebut Syahrullah. [Tarikh Ad Dimasyq, 1/51].

Bulan ini juga sering dinamakan Syahrul Al-Asham (bulan Allah yang sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatkan bulan ini, karena itu tidak ada gejolak/konflik sedikitpun  di bulan ini.

Allah SWT berfirman : 
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ada 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merakpun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bawahsanya Allah itu bersama orang-orang yang bertakwa" [QS. At Taubah : 36].

Tafsir Jalalain.
(Sesungguhnya bilangan bulan ) jumlah bulan pertahunnya (pada sisi Allah adalah 12 bulan dalam kitabullah) dalam lauhul Mahfudz (di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya) bulan-bulan tersebut (empat bulan suci) yang disucikan, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

(Itulah) penyucian bulan yang empat tersebut (agama yang lurus) artinya agama yang mustaqim (maka janganlah kalian menganiaya dalam bulan-bulan tersebut) dalam bulan yang empat itu (diri kalian sendiri) dengan melakukan kemaksiatan. Karena sesungguhnya perbuatan maksiat dalam bulan tersebut dosanya lebih besar lagi. Menurut suatu penafsiran disebutkan bahwa dhamir fiihinna kembali kepada itsnaa 'asyara, artinya dalam 12 bulan itu (dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya) seluruhnya dalam bulan-bulan 12 (sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang takwa) pertolongan dan bantuan-Nya selalu menyertai mereka.

Dari Abu Bakrah RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : 
"Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada 12 bulan. Diantaranya ada 4 bulam haram (suci), tiga bulan berurutan : Dzulqo'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya'ban" [HR. Bukhari dan Muslim]

Kajian perbandingan agama.
Dalam Hadist disebutkan :
"Dari Abu Musa RA berkata : Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulullah SAW bersabda : "Puasalah kalian pada hari itu" [Hadist Shahih riwayat Bukhari4/244, 7/274, Muslim 2/796, Nasa'i dalam al-Kubra 2/322 dan al-Baihaqi 4/289]

Hari Asyura adalah hari dimana umat Yahudi Madinah (Yahudi suku Qainuqa dan Quraidhah) melakukan puasa untuk memperingat penyelamatan Musa dan Bani Israil. Maka Nabi SAW mengatakan ia lebih berhak atas musa dari umat Yahudi. Maka disyariatkan bagi muslim untuk puasa Asyura. Bahwa di hari itu Musa dan bani Israil diselamatkan oleh Allah SWT. Hari perayaan bani Israil adalah perayaan Pesach (Paskah). Perayaan itu bukan tanggal 10, tapi tanggal 14 di bulan Nissan (bulan pertama Yahudi).

Hari Asyura adalah hari besar umat Islam.
Dikatakan dalam kitab Nihayatuz Zain, halaman 195-197.
Para Ulama mengatakan bahwa hari Asyura memiliki beberapa kelebihan dibandingkan hari-hari yang lain, yaitu: 
  1. Diciptakannya Nabi Adam AS di dalam surga 
  2. Diterimanya taubat Nabi Adam AS di dalam surga
  3. Naik dan sejajarnya perahu nabi Nuh AS dengan bukit Judy (Difirmankan : "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umatmu (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu". QS Hud: 48)
  4. Terbelalah lautan untuk nabi Musa AS 
  5. Tenggelamnya Firaun dari dasar laut
  6. Dikeluarkannya Nabi Yunus ASdari perut ikan
  7. Dikeluarkannya Nabi Yusuf AS dari sumur
  8. Diterimanya taubat umat nabi Yunus AS
  9. Dilahirkannya Nabi Ibrahim AS
  10. Selamatnya Nabi Ibrahim AS dari api (pada saat itu Allah perintahka api untuk menjadi dingin, Kami berfiman : "hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim [QS. Al-Anbiya': 69]"
  11. Dilahirkannya nabi Isa AS
  12. Diangkatnya Isa AS
  13. Dikembalikannya penglihatan nabi Ya'qub AS (Sejak Nabi Ya'qub AS mendengar kabar bahwa anaknya Yusuf meninggal,beliau berduka cita dan seringkali meleh air matanya sehingga beliau buta. Namun ketika mendengar kabar bahwa Yusuf dalam keadaan hidup dan kemudian menjadi wazir (menteri) dan mengirimkan berkas pakaian yang dipakainya dulu sebagai bukti, ketika diusapkan ke wajah beliau, maka beliau bisa melihat lagi. Dalam al-Quran : "Takala telah tiba pembawa pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah ia dapat melihat (QS. Yusuf: 96)"
  14.  Dihilangkannya mudharat yang mendera Nabi Ayyub SA.
  15. Diampuninya Nabi Dawud AS
Amalan-amalan di bulan Muharram  
Dalam kitab Nihayatuz Zein, Syaikh Nawawi, hal.196.
Dikutip dari ulama yang memiliki martabat mulia, bahwa amal ibadah yang layak diperhatikan di tanggal 10 Muharram adalah 12 macam amal kebaikan:
  1. Melaksanakan Sholat Sunah, paling utama sholat Tasbih
  2. Melakukan puasa sunah
  3. Melakukan shodaqoh
  4. Memberi kekuasaan di keluarga yaitu menambah belanja (kepada keluarga)
  5. Melakukan mandi sunah
  6. Melakukan kunjungan kepada Ulama yang sholeh
  7. Menjenguk orang sakit
  8. Mengusap kepala yatim, peduli dan menampakkan kasih sayang kepadanya
  9. Memakai celak mata
  10. Menggunting kuku
  11. Membaca surat al-Ikhlas seribu kali (di hari 1-10 masing masing 100x tiap hari/tiap solat 20x selama sebulan)
  12. Melakukan silaturahim kepada saudara dan keluarga
Dalam kitab i'anatu Thalibin syarah Fathul Mu'in juz 2 halaman 301 disebutkan bahwa amalan yang sering dilakukan pada saat bulan Muharram. Dalam bulan Asyura ada 12 amalan yang dianjutkan:
  1. Puasa
  2. Sholat
  3. Silaturahim
  4. Sedekah
  5. Mandi (inilah dalil amalan beberapa tempat mandi di tanggal 10 Muharram dari sumur/kali yang jernih dikarenakan pada hari itu Allah perintahkan seluruh aliran sungai di dunia terhubung dengan air zamzam, niatkanlah yang baik-baik dan minumlah air nya)
  6. Memakai celak mata
  7. Bersilaturahim kepada Alim
  8. Menjenguk orang sakit (Pernah KH. Hamid Jazuli saking tidak ingin merepotkan umat, ketika sakit beliau menyamar ketika periksa di Rumah Sakit dengan nama "Budi", begitu juga yang diperbuat almarhum al-Habib Muhammad bin Syekh bin Yahya - Jagasatru ketika sakit)
  9. Mengusap kepala anak yatim
  10. Melebihkan belanja untuk keluarga
  11. Memotong kuku
  12. Membaca surat al-ikhlas 1000x 
Imam al-Hafizh ibnu al-Jazuli al Hanbali (508-597 H/1114-1201 M), seorang ulama ahli hadist terkemuka bermadzhab Hanbali, dalam kitabnya al-Majalis menjelaskan kebiasaan ulama yang dilakukan saat asyuro sebagai berikut:
  1. Mandi di hari Asyura. Telah disebutkan bahwa Allah SWT membukakan komunikasi air zamzam dengan seluruh air pada malam Asyura. Karenanya siapa yang mandi pada hari tersebut, makan akan aman dari penyakit selama setahun. Ini bukan hadist, akan tetapi riwayat dari Ali ibn Abi Thalib KA.
  2. Bersedekah kepada fakir miskin
  3. Mengusap kepala anak yatim
  4. Memberi buka kepada yang berpuasa
  5. Memberi minuman kepada orang lain
  6. Mengunjungi saudara (minimal telpon)
  7. Menjenguk orang sakit
  8. Memuliakan dan berbakti kepada orang tua
  9. Menahan amarah dan emosi
  10. Memaafkan kepada orang yang telah berbuat aniaya
  11. Memperbanyak ibadah sholat, doa dan istighfar (istighfar 100x selama 365 hari, dikarnakan tiap hari Nabi Muhammad SAW dalam sehari minimal beristighfar 100x)
  12. Memperbanyak dzikir (baca Laa ilahailallah.. dan tambah ayat kursi)
  13. Menyingkirkan apa saja yang mengganggu di jalan (termasuk kakus polisi tidur karena bisa jadi menzolimi orang lain, misal jika ada di jalan itu ibu hamil)
  14. Berjabat tangan dengan orang yang dijumpainya
  15. Memperbanyak membaca surat al-Ikhlas seribu kali (Atsar dari Ali bin Abi Thalib KA, siapa yang membacanya pada hari Asyura, maka Allah SWT akan memandang-Nya. Siapa yang dipandang Allah SWT, maka Dia tidak akan meng-azabnya selamanya.  [Imam al-Hafizh ibnu al-Jazuli al Hanbali dalam kitab al-Majalis hal.73-74, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah]
Menurut Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki (Ulama Syafi'iyyah di Makkah) dalam kitabnya Kanz al-Najah wa al-Surur di al-Ad'iyah al-Ma'tsurah allati Tasyrah al-Shudur, halama 82.
"Pada hari Asyura terdapat 12 amalan yang memiliki keutamaan: 1) Puasa, 2) Memperbanyak ibadah sholat 3) Silaturahim dengan keluarga dan handai taulan 4) Berziarah kepada Ulama 5) Menjenguk orang sakit 6) Memakai celak 7) Mengusap kepala anak yatim 8) Bersedekah kepada fakir miskin 9) Mandi 10) Membuat menu makanan keluarga yang istimewa 11) Memotong kuku 12) Membaca surat al-Ikhlas 1000x"

Sejarah dan Keutamaan Puasa Asyura
Keutamaan 10 Asyura  dan anjuran puasa pada hari tersebut didapatkan dari hadist.
"Dari Ibu 'Abbas RA, bekata : "Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya: "Apa hari ini?" Mereka menjawab: "Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelematkan bani Israil dari musuh merka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka Rasulullah SAW menjawab: "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu" [Hadist Shahih Riwayat Bukhari, 4/244, 6/429, 7/274, Muslim, 2/795, Abu Dawud, 2444, Nasa'i dalam al-Kubro 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, ath-Thayalisi 928]

Dari Abi Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: "sebaik-baiknya puasa sesudah puasa Ramadhan adalah puasa Syahruullah Muharram dan sebaik-baiknya sholat sesudah sholat fardu adalah sholat malam" [Sahih Muslim]

Juga hadist dari Imam Bukhari
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah-Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam" [HR Muslim no.1163, dari Abu Hurairah RA]

Imam An-Nawawi menjelaskan, hadist ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah di bulan Muharram (Al Minhaj Syarah Sahih Muslim Ibnu Al Hajjaj, An Nawawi, 8/55)

Ibnu Rajab al Hanbali mengatakan, "puasa yang paling utama diantara bulan-bulan Haram adalah puasa di bulan Muharram (Syahrullah)" [Latha-if al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hanbali, hal.67]

Diantara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan haram, yaitu Umar ibn Khatab, Aisyah dan Abu Thalhah RA. Bahkan Ibnu 'Umar dan Al Hasan al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram.   [Latha-if al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hanbali, hal.78]

Dari Abu Ja'far dari Abdusshomad dan bapaknya, dari Abu Hurairah RA, berkata Nabi SAW menghampiri orang Yahudi yang sedang berpuasa di hari kesepuluh, dan beliau berkata, puasa apa kalian?, mereka menjawab: "Hari ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dan menenggelamkan Firaun dan Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh diatas gunung Judy, kemudian Nabi Nuh AS dan Musa AS berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur, maka beliau Rasulullah SAW menjawab: "Aku lebih berhak terhadap musa daripada kalian (Yahudi). Maka beliau memerintahkan kepada sahabat-sahabat beliau untuk berpuasa" [HR. Ahmad, 2/359-360]

Rasulullah SAW ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab: "Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun yang lalu" [Hadist Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Dawud 2425, Ahmad 5/297, 308, 311, Baihaqi 4/286, 300, Abdurrazaq 4/284, 285]

Hadist terkait Puasa Tasu'a
"Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi". Maka beliau bersabda: "Ditahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9, tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah SAW telah wafat" [HR Shahih Muslim 2/796, Abu Dawud 2445, Thabary dalam Tahdzibul Atsar 1/24, Baihaqi dalam al-Kubra 4/287 dan As-Shugra 2/119, serta Syu'abul Iman 3506 dan Thabrani dalam al-Kabir 20/391] 

Dalam riwayat lain :
"Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan melaksanakan puasa pada hari kesembilan" [HR Shahih Muslim 2/798, Ibnu Majah 736, Ahmad 1/224236,345, Baihaqi 4/287, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanafnya 3/58, Thabarani dalam al-Kabir 10/401, Thahawi 2/77]  

 Imam Ibnu Hajar dalm Fathul Bari, 4/245 : "Keinginan Rasulullah SAW utnuk berpuasa di tanggal 9 mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal 9 saja, namun juga ditambahkan pada hari kesepuluh. Kemungkinan tersebut dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk menyelesihi kaum Yahudi dan Nasrani, kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwat Muslim :

"Dari Atha', dia mendengar Ibnu Abbas RA berkata: "Selisihilah Yahudi, berpuasalah pada tanggal 9 dan 10"

"Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya, atau sehari sesudahnya" [Musnad Ahmad]

Hadist ini juga dikuatkan dengan hadist lain, yang diriwatkan al-Baihaqi dalam sunan al-Kubra dengan lafadz : "Puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya"

Ar-Rafi'i berkata dalam kitab at-Talkhish 2/213: "Berdasarkan ini, seandainya berpuasa pada tanggal 9 maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 11"

Ibnu Qoyyim dalam kitab Zadul Ma'ad 2/63 menyimpulkan : ada tingkatan puasa Asyura:
Pertama, adalah puasa tiga hari 9, 10, dan 11.
Kedua, adalah puasa 9 dan 10
Ketiga, adalah puasa tanggal 10 saja

Bedasarkan hadist-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa puasa di bulan Muharram dapat dilakukan dengan beberapa cara:
  • Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram saja)
  • Puasa Asyura dan Tasu'a (9 dan 10 Muharram )
  • Puasa tanggal 10 dan 11 Muharram
  • Puasa tanggal 9, 10, 11 Muharram 
  • Puasa tanggal 1-10 Muharram atau sepanjang bulan Muharram
Anjuran memeperbanyak / memberi keleluasan nafkah untuk keluarga
Hadist ini diriwatkan dari Abu Ubaidah al-'Askari dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir karya imam Thabrani:
"Siapa yang meluaskan belanja pada keluarga di hari Asyura, maka orang tersebut akan mendapatkan keluasan dalama sisa tahun itu"

Abu Said al-Khudri berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "siapa yang meluaskan keluarganya (dalam hal belanja dan makanan) pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya luas (kaya) selama satu tahun tersebut. [Hadist Shahih HR. Thabrani dan al-Baihaqi]"

Oleh sebagian ulama, hadist ini dilemahkan, namun sebagian lainnya mengatakan shahih, sebagian lain mengatakan Hasan.  Yang men-shahih-kan adalah Zainuddin al-Iraqi dan Ibnu Nashiruddin. Imam Suyuthi dan Al-Hafidz ibnu Hajar mengatakan karena banyaknya periwayat jalur ini, maka hadist ini menjadi hasan bahkan menjadi shahih. Sehingga Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Al-Ikhtiyarat termasuk yang menganjurkan perbuatan ini. Al-Imam al-Hafizh Ahmad al-Ghumari menjelaskan ke-shahih-an dalam kitab nya Hidayah al-Shaghra bi-Tashhih Hadist al-Tausi'ah 'ala al'iyal laila Asyura.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali murid dari Syaikh Ibnu Taimiyyah, berkata dalam kitabnnya Lathaif al-Ma'arif sebagai berikut.
"Ibnu Manshur berkata : "Aku berkata kepada Imam Ahmad, apakah anda mendengar hadist ini, "siapa yang menjadikan kaya keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama setahun?, Ahmad menjawab: "Ya. hadist ini diriwayatkan dari Sufyan nin Uyainah dari Ja'far al-Ahmar, dari Ibrahim bin Muhammad, dari al-Muntasyir- orang terbaik di zamannya, bahwa ia menerima hadist "Siapa yang menjadikan kaya keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama satu tahun penuh".  Sufyan bin Uyainah berkata : "Aku telah melakukannya sejak 50 atau 60 tahun, dan selalu terbukti baik." [Imam Ibnu Rajab al-Hanbali kitab Lathaif al-Ma'arif, hal. 137-138]

Memuliakan anak yatim
Secara bahasa yatim adalah al-Fardu (sendirian) dan segala sesuatu yang ditinggal oleh sesuatu yang serupa dengannya (As-Shihah fi Al-Lughah). 

Ibnu Sikkith mengatakan : "kata yatim untuk manusia dikarenakan ayahnya meninggal, sedangkan untuk binatang dikatakan yatim kalau ibunya mati. Manusia yang ibunya wafat tidak bisa dikatakan yatim" [Lisanul 'Arab 12/645]

Masa keyatiman seorang anak itu ada batasnya yaitu ketika ia telah baligh dan tampak rusyd (kemandirian) pada dirinya. Allah SWT berfirman : "Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya." [QS an-Nisa 4:6]

Anak yatim dalam pengertian syar'i ialah setiap anak laki-laki atau perempuan yang ditinggalkan wafat ayahnya, sedangkan anak tersebut belum baligh (walaupun masih punya ibu kandung). Perlu diingat, hal ini bukan termasuk kategori yatim:
  • Setiap anak yang ditinggal wafat ayahnya namun telah baligh
  • Setiap anak yang ditinngal wafat ibunya, sedangkan ia masih punya ayah kandung
  • Setiap anak yang ditinggal ayahnya bukan karena wafat (keadaan bercerai/atau menikah lagi) sehingga ia ditelantarkan dan tidak diberi nafkah
Sedangkan kata Piatu, bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dari bahasa Indonesia dinisbatkan kepada yang ditinggal wafat oleh ibunya. Anak yatim-piatu (ditinggal wafat kedua orang tuanya). Dalam al-Quran ada sekitar 21 kali Allah SWT menyebut dalam bentuk:
  • Al-Yatama, bentuk jama' (isim ma'rifat) disebutkan 12 kali (QS al-Baqoroh 83,177,215,220, An-Nisa 2,3,6,8,10,32, Al-Anfal 41 dan Al-Hasyr 7)  
  • Al-Yatim, bentuk mufrad (isim ma'rifat) disebutkan 5 kali (QS al-An'am 152, Al-Isra' 34, al Fajr 17, Ad Dhuha 9, al-Ma'un 2
  • Yatim (Yatim, Yatimun, Yatimaini), bentuk mufrad dan Mustsanna (isim nakirah) disebutkan  4 kali : (QS al-Kahfi 86, al-Insan 8, al-Balad 15, ad-Dhuha 6)
Hadist yang membahas anak yatim ada 142 hadistt, dan ada di dalam 42 kitab Hadist antara lain.
"Diriwayatkan dari Sahl, Rasulullah SAW bersabda: "aku dan pemelihara anak yatim di surga, seperti ini. Lalu beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan meregangkan diantara keduanya sedikit" [HR al-Bukhari]

Sesungguhnya, seorang lelaki mengeluh kepada Nabi SAW, karena hatinya yang keras. Nabi berkata: "Usaplah kepala anak yatim, dan berilah makan orang miskin" [HR. Ahmad]

"Siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga" [HR. Abu Ya'la dan Thabrani]

Suatu ketika Sa'ib bin Abdullah datang kepada nabi SAW, maka nabi bersabda : "Wahai Sa'ib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukukan ketika masih dalam kejahiliyyahan, laksanakanlah pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga" [HR. Ahmad dan Abu Dawud]

Dalam sebuah Atsar riwayat dari Abu Dawud, berkata:
"Bersikap baiklah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang" [HR. Bukhari]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Pemelihara anak yatim kepunyaannya (masih ada hubungan keluarga) atau kepunyaan orang lain ( tidak ada hubungan keluarga), dia dan aku seperti dua jari ini di surga, lalu Malik mengisyaratkannya dengan jari telunjuk dan jari tengah" [HR. Muslim]

Membelai rambut anak yatim disebutkan dalam Hadist berikut.
"Diriwayakan dari Abu Hurairah RA, bahwa ada seorang lelaki yang mengadukan kerasnya hati kepada rasulullah SAW, maka beliau bersabda : "Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin" [HR. Ahmad, perawi Shahih]

Mengusap kepala anak yatim dan bersedekah kepada fakir miskin.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang puasa pada hari Asyura, Allah memberikan 10.000 pahala malaikat, siapa yang puasaya Asyura Allah memberikan pahala 10.000 para syuhada. Dan barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim pada tanggal 10 Muharram. Allah mengangkat derajatnya dengan setiap rambut yang diusap" [Manahij al-Imdad, 1/521]

Dalam kitab Tanbihun Ghafilin bab Kemuliaan hari Asyura, Imam Abu Laits as Samarqandy (beliau wafat 373H, atau 983M, dengan nama lengkap Abu al-Layts Mudar Nasir ibn Muhammad al-Samardandi, seorang sufi dan ahli hukum Mazhab Hanafi yang disegani), mengutip riwayat dari ibnu Abbas RA.
"Dari Abdullah ibnu Abbas RA, dimana ia berkata: "siapa yang tangannya mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah SWT mengangkat satu derajat pada setiap rambut"

Riwayat dari Abu Hurairah RA : 
"Dari Abu Hurairah, bahwa seorang laki-laki mengeluhkan hatinya yang keras kepada nabi, lalu Nabi SAW berkata: "Usaplah kepala anak yatim, dan beriklah makan orang miskin" [HR. Ahmad 9018, al-Hafizh al-Dimyathi berkata: "para perawinya adalah para perawi hadist shahih (al-Matjar al-Rabih fi Tsawab al'mal al-shalih hal.259)"]

Menurut ibnu Hajar al-Haitami maksud mengusap kepala anak yatim, adalah makna sebenarnya, yang dijelaskan dalam hadist lain: "Siapa yang mengusap kepala anak yatim yang semata-mata karena Allah, setiap rambut yang ia usap, Allah berikan sepuluh kebaikan, dan siapa yang memperbaiki anak yatim perempuan atau laki-laki yang ada didekatnya niscaya aku dan dia disurga bersanding seperti ini" [al-fatawa al-Haditsiyyah lil Ibni Hajar, 1/43]

Dalam kitab Mirkah Mafatih Syarah Masyaqoh al-Masyobih yang dimaksud kata mengusap pada hadist diatas adalah arti kinayah dari memberikan kasih sayang serta berbuat penuh kelembutan dan cinta kasih pada mereka.

Kisah Bubur Suro (Bubur dari biji bijian yang dimasak saat bulan Muharram)
Dalam kitab I'anatu Thalibin 2/267.
Sabda Nabi : "Allah SWT mengeluarkan nabi Nuh AS dari perahu, sesungguhnya Nabi Nuh AS ketika berlabuh dan turun dari kapal, beliau bersama orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan mereka mulai habis. Nabi Nuh AS perintahkan untuk mengumpulkan sisa sisa perbekalan mereka. Serentak mereka mengumpulkan, ada yang membawa seraup biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang membawa biji kacal ful, ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi di hari Asyura. Nabi Nuh AS membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah terkumpul lalu beliau memasaknya. Setelah matang lalu mereka menyantapnya bersama-sama sehingga kenyang semuanya"

Dalam Kitab Nihayatuz Az-Zain halaman 196.
Diantara keterangan yang dinisbatkan kepada al-Hafizh Ibnu Hajar tentang biji-bijian yang dimasak pada hari Asyura" Pada hari Asyura tujuh dijadikan bubur, gandum, padi, maasy (nama biji-bijian) dan adas, kacang putih, kacang polong, dan kacang ful, ini adalah yang shahih dan yang manqul.

Keutamaan Bercelak.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: "Bercelaklah dengan itsmid, karena dapat menjernihkan penglihatan, dan menumbuhkan bulu"

Bercelaklah selalu dengan menggunakan itsmid. Menurut satu pendapat, itsmid adalah celak yang sudah dimaklumi. Pendapat adh-har, itsmid adalah satu jenis/macam tertentu dari celak karena sebuah riwayat dari Imam at-Tirmidzi, dari Abdullah Ibn Abbas RA: "Sesungguhnya paling bagusnya celak kalian adalah itsmid"

At-Turbasyi berkata: Itsmid adalah batu ma'dan. Menurut pendapat lain, adalah batu asfihan yang dapat membersihkan belek/air mata dan luka, memelihara kesehatan mata dan menguatkan rantingnya, apalagi untuk oran g tua dan anak-anak.

Menurut Syaikh Zainuddin al-Malibari dalam kitab Fathul Mu'in, sedangkan hadist-hadist mengenai kesunahan bercelak mata, mandi, memakai wewangian pada hari Asyura adalah penetapan orang-orang pendusta [Fathul Mu'in 1/666]

Keutamaan Berkunjung kepada Orang Alim
Dalam Kitab Tanqihul Qaul al-Hatsits karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Syarah Lubabul Hadist karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi.

Nabi SAW bersabda: "Siapa yang mengunjungi orang alim, maka seolah-olah ia mengunjungiku. Siapa berjabat tangan dengan orang alim, maka seolah-olah ia berjabat tangan denganku. Siapa yang duduk berdampingan dengan orang alim, maka seolah-olah ia duduk berdampingan denganku di dunia. Siapa duduk berdampingan denganku di dunia, maka ia akan duduk berdampingan denganku di hari kiamat"

Keutamaan Silaturahim   
Menyambung tali silatirahim sama dengan menyambung hubungan dengan Allah SWT, dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata sesungguhnya  Rasulullah SAW bersabda: 
"Sesungguhnya Allah SWT, menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan Mu dari memutuskan. Dia berfirman: "Benar, apakah engkau ridho jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?, Ia menjawab: Iya, Dia berfirman: "Itulah untukmu" [HR. Bukhari, no 5989]

Dipanjangkan umur dan diluaskan rizki
Sebagaimana, Hadist Rasulullah SAW:
"Siapa yang senang diluaskan rizkinya, dan dipanjangkan umurnya, makan hendak ia menyambung hubungan silaturahim" [HR. Bukhari]
 
Penyebab Masuk Surga dan Dijauhkan dari Neraka
Sebagaimana dalam hadist:
"Engkau menyembah Allah SWT, dan tidak menyekutukan sesuatu dengan Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahim"

Dan dalam satu riwayat:
"Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia masuk surga" [HR. Bukhari dan Muslim]

Merupakan bentuk Ketaatan kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk" [QS. Ar-Ra'd:21]

Pahalanya seperti memerdekaan budak
Dalam Hadist
"Diriwayatkan dari Ummil Mukminin Maemunah binti Harist RA, Bahwa ia memerdekakan hamba sahaya perempuan yang ia miliki tanpa izin dan persetujuan nabi SAW. Maka tatkala hari ia memperoleh giliran dari beliau ia berkata kepada beliau, "Tahukan engkau wahai Rasulullah? bahwa aku telah membebaskan sahaya perempuanku?, beliau berkata: "Adakah kamu melakukannya?", katanya "Iya", Beliau berkata : "Sesungguhnya sekiranya engkau memberikan kepada ibu mu/pamanmu niscaya nilai pahalanya lebih besar bagimu" [Muttafaq alaih]


AMALAN BULAN MUHARRAM / WIRID - WIRID PADA ASYURA
(Klik untuk memperbesar gambar)

 
Referensi
Al-Quran, Tafsir Jalalain
Kitab Kutubus Sittah
Kitab Tanbihul Ghafilin
Perjanjian Lama, Hebrew version dan kitab yang disebutkan di atas.


Sekian dulu tulisan kami kali ini, semoga bermanfaat.


والله أعلمُ بالـصـواب
 



Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)