Syarah Sullam At-Taufiq Kewajiban Orang Beriman - Fiqih Qurban

Irfan Irawan
0
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Alhamdulillah berkesempatan menulis kembali setelah fakum sekitar 4 bulan. Kali ini saya akan membahas Syarah (Penjelasan) dari kitab Sullam At-Taufiq yang saya dapatkan ketika Ngaji di Masjid Al-Hikmah Perumnas 2 Karawaci, 12-8-2018 yang di asuh oleh Dr. H. Hidayat Syah, SE., MM., MSi., CMA. Nama lengkap kitab ini adalah “Sullamu At-Taufiq Ila Mahabbatillah ‘Ala At-Tahqiq” (سلم التوفيق إلى محبة الله على التحقيق). Arti “sullam” adalah “tangga”, lafaz “taufiq” bermakna “pertolongan”. “Mahabbah” bermakna “cinta”, sementara “‘ala at-tahqiq” bermakna “haqqon/yaqinan” (secara meyakinkan). Jadi terjemahan bebas dari judul kitab ini adalah “Tangga (untuk memperoleh) pertolongan (Allah) menuju cinta Allah secara pasti/meyakinkan”. Seakan-akan pengarangnya berharap siapapun yang mengamalkan kandungan kitab ini dengan baik, maka amal salihnya itu akan mengantarkannya pada cinta Allah tanpa keraguan lagi.




Pengarangnya bernama Abdullah Ba’alawi atau lebih singkat lagi Ba’alawi. Nama Ba’alawi adalah klan yang terkenal di Hadhromaut sebagai keturunan nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Biasanya mereka disebut dengan gelar “Habib” atau “Sayyid”. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Husain bin Thohir Ba’alawi At-Tarimi Al-Hadhromi. Beliau lahir pada tahun 1191 H di Tarim, provinsi Hadhromaut di Yaman. Menurut Sibthu Al-Jilani penulisan kitab Sullam At-Taufiq rampung pada awal Rajab tahun 1241 H. Abdullah Ba’alawi menulis kitab “Sullam At-Taufiq” dalam bentuk “mukhtashor”. Isinya mencakup pembahasan akidah ringkas dan hukum-hukum secara singkat. Kitab ini cocok untuk orang yang ingin belajar agama tapi punya banyak kesibukan.

Fasal : Kewajiban Orang Beriman

  1. Di dalam hati wajib beriman kepada Allah SWT dan apa yang datang dari Nya (Al-Quran dan Hadist).
  2. Beriman kepada Rasulallah SAW, dan semua yang datang darinya, wajib kita yakini dan benarkan.
  3. Ikhlas, mengerjakan sesuatu hanya karena Allah SWT semata. Ketahuilah dalam kitab Riyadus Sholihin disebutkan bahaya nya Riya' yaitu dapat mencegah kebaikan dan akan mendapatkan balasan air mendidih di yaumil akhir, buka tafsir surah Al-Maun.
  4. Menjauhkan dari maksiat (lahiriyah dan batiniyah)
  5. Bertawakal kepada Allah SWT. Hati-hatilah jangan sampai terpeleset terhadap  bertawakal kepada Mahluk (bighoiri lillahi wahdah).
  6. Muroqobah. Senantiasa merasa diri diawasi oleh Allah SWT dalam segala amal dan tindakan, baik dalam keramaian ataupun dari kondisi kholwat (sendiri/tiada seorang pun tau). Contoh real adalah biasakanlah menghitung waktu perjalanan jangan sampai menabrak / mengesampingkan waktu sholat. Perlu diketahui dalam sebuah hadist dijelaskan yang mendahulukan urusan Allah maka urusan kita akan dimudahkan oleh Nya.
  7. Ridho  kepada Allah SWT. Senantiasa harus berusaha memantapkan Fiqih Qolbiyah (senantiasa melekat kepada pribadi seorang muslim) dalam menghadapi / menyikapi segala sesuatu selalu mengedepankan Ridho kepada Allah SWT. Jika sikap kita demikian dibalik semua kejadian dalam hidup ini pastilah akan selalu menngundang hikmah.
  8. Husnudzon kepada Allah SWT dan kepada Manusia. 
  9. Wajib memuliakan saudara seiman. Janganlah sampai terucap dari lisan kita kata cacian, makian, sebutan jelek, olok mengolok sesama muslim, naudzubillah. Sepanjang sejarah kehidupan nabi Muhammad SAW, tidaklah pernah terucap sepotong katapun kata-kata jelek di atas, baik itu kepada saudara seiman dan bahkan kepada musuh beliau sekalipun. Subhanallah.
  10. Syukur kepada nikmat Allah SWT. Selalu lihatlah fenomena di sekitar lingkungan atau bahkan rumah tangga kita sendiri, adakah yang pernah membayangkan apabila gas di rumah kita tiba-tiba bocor dan meledak? Apa yang akan terjadi?, Siapakah yang menjaga itu semua tidak terjadi hingga saat ini?
  11. Sabar kepada hal-hal yang tidak enak. Dalam hadist dari sahabat Abdurrahman bin Abi Ya’la dari sahabat Shuhaib RA, Rasulullah SAW telah bersabda
     عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ“
    Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (Hadits Riwayat Muslim).
  12. Sabar kepada apa yang dilarang Allah SWT dan sabar kepada apa yang datang menyakitimu.
  13. Harus senantiasa yakin dalam urusan rizki.
  14. Jangan hilangkan sifat ridho dalam diri kita, janganlah mengedepankan nafsu.
Dalam kitab Al-Hikam disebutkan bahwa ada keterkaitan antara Jangan hilangkan jiwa ikhlas - sikap Ridho - Qodho dan Qodar. Yaitu semua yang keluar dari mulut seseorang dan bahkan mungkin caci makian, itu esensinya adalah Allah SWT sedang menegur kita melalui lisan manusia.

Maklumat penting sekitar ibadah qurban.

Batas akhir yang dianjurkan untuk tidak memotong segalam macam rambut, kuku di tubuh calon pemberi qurban adalah maghrib terakhir di bulan Dzulkoidah (larangan ini hanya berlaku kepada kepala keluarga/anggota keluarga yang diniatkan akan berkurban). Giringlah semangat berkurban kita layaknya kerinduan untuk bisa beribadah haji/umroh (semoga dengan ini diri kita akan mendapatkan undangan Allah, menjadi tamu Nya). Yang mau berkurban cukuplah kepala keluarga nya saja (adapun jika diniatkan untuk kurban istri dan anak-anak itu juga perbuatan sangat mulia, dan apalagi jika seluruh keluarga kita sudah pernah berkurban bolehlah juga kita menghadiahkan kurban kepada kerabat/muslim lain yang belum pernah berkurban seumur hidup). Supaya ibadah Qurban kita lebih mendekati apa yang dikerjakan Rasullullah SAW maka hendaknya : 
  1. Perbanyaklah bacaan, tahmid, takbir dan tahlil. Amalan tersebut amatlah disukai nabi, selain itu adalah puasa dari tanggal 1-9 Dzulhijjah, perbanyak baca al-Quran, memperbanyak amalan taubat. Jadikanlah bulan ini menjadi miniatur Ramadhan. Bahkan Ustad Adi Hidayat, LC, MA menyarankan agar jika bisa mengkhatamkan quran dalam 10 hari tersebut (dengan membaca Quran satu juz setiap kali sholat wajib)
  2. Disarankan per individu memperbanyak bacaan tahmid, takbir dan tahlil di dalam hati dari tanggal 1-9, dan mensyiarkan dengan berjamaah di tanggal 10, dan 11, 12, 13 (hari tasyrik) selepas sholat wajib (dalam Mazhab Syafi'i) yang disebut dengan Takbir Muqoyyad. Takbir ini dihentikan pada tanggal 13 ba'da ashar.
  3. Fragmentasi, menyemarakkan, dan mengilhami esensi ibadah haji sejatinya harus terus diasah. Dalam kitab Kifayatul Akhyar dan Sullam at-taufiq lakukanlah itu semua agar mendapatkan hikmah, meskipun Rasulullah SAW tidak secara menyebutkan keutamaannya.
  4. Sebelum solat Ied disunahkan agar tidak makan/minum sampai lepasa solat Ied.
  5. Bagi wanita yang Haid tetap dianjurkan untuk keluar untuk keperluan syiar dan mendengarkan khutbah Ied.
  6. Pakailah pakain yang terbaik, wewangian dan segala yang terbaik. Perhatikan juga selepas solat Ied bagi ibu-ibu tidak diperkenankan membuka kerudung/mukena karena khutbah Ied masih dihitung ibadah Solat Ied.
  7. Pilihkan jalan yang berbeda antara jalan saat berangkat dan pulang solat ied, jikapun jalannya cuman satu, usahakan dari sisi yang berbeda.
  8. Hargailah sunnah itu dengan harga Akhirat bukan hanya untung/itung-itungan dunia semata.
Sesi Tanya Jawab.
(1) Apakah makna tafsir dari surat Al-Maidah ayat 59?

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنْقِمُونَ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلُ وَأَنَّ أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ

Arti : Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?

Tafsir Jalalain dijelaskan maksudnya bahwa : (Katakanlah, "Hai ahli kitab! Apakah kamu menyalahkan) menolak (kami hanya karena kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan sebelumnya) yakni kepada nabi-nabi yang terdahulu (dan bahwa kebanyakan di antara kamu orang-orang yang fasik?") diathafkan kepada an aamannaa sedangkan maksudnya ialah: tak ada yang kamu salahkan kecuali hanyalah keimanan kami yang rupanya tidak kamu setujui. Sikap tersebut membuat kalian pantas disebut orang-orang yang fasik. Padahal hal ini merupakan hal yang sudah tidak boleh diingkari.

Esensi dari ayat ini adalah :
(1). Pilihlah calon pemimpin yang berpihak kepada kaum muslimin, yang akan menolong agama Allah dan berpihak kepada Islam.
(2). Pilihlah/lihatlah segala sesuatu dilihat dari amalnya (walikulli darojatin bima 'amaluhu). 
(3). Janganlah mudah terprovokasi, mengumbar kejelekan yang tidak kita suka, cukuplah kita tahu track record nya, istikhorohlah sebelum memilih.
(4). Jangan sombong dalam urusan dunia. Sudah banyak track record baik dari yang dicalonkan melalui program kampanye, ataupun segerombolan pengusungnya. 
(5). Jangan percaya survey, karena bisa saja tidak independen dan penuh dengan tendensius. Sebagai muslim senjata ketika dihadapkan dengan pilihan adalah istikhoroh, mintalah bimbingan Allah agar dimantapkan dalam memilih.

(2) Bagaimana menyikapi bencana Lombok?
Senantiasa kita harus coba membaca dengan pendekatan kacamata Allah SWT, kita lihat beberapa fenomena disana masjid banyak dan megah namun sepi jamaah. Bencana ini menjadi ujian bagi kaum yang beriman dan beramal sholeh, sedangkan bagi yang durhaka adalah murka Allah. Dalam kitab Riyadus Sholihin disebutkan dalam suatu kampung ada seorang yang sangat sholeh, namun jeleknya dia enggan dan cuek untuk menegur masyarakat yang selalu bermaksiat di sana, tempat itu kering dari ilmu Allah. Ketika Allah titahkan malaikat untuk menurunkan bencana, malaikat meminta dispensasi untuk menundanya dikarenakan ada orang sholeh tadi. Namun, Allah SWT bertitah dengan tegas, "Mulailah turunkan bencana itu dari rumah nya".

Kalau dikampung masih ramai orang bolak balik ke Masjid/Musholla maka di dalam kampung tersebut akan dijauhkan dari bala bencana, dan musibah. Tentunya jangan lah jadikan masjid hanya seperti keranda atau ambulan saja, sangat diperlukan hanya ketika waktu tertentu saja, tidak ada seorangpun yang mau masuk ke dalamnya,

والله أعلمُ بالـصـواب 

     

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)